Selasa, 12 Agustus 2008

bebas merdeka

oooohhhh..........
anak pantai hidup damai, anak pantai hidup santai, memandang gadis kulitnya merah terbakar, kain pantai berhias wajah Marley, dengan vegetarionya. suka damai ....
irama lagu dari (alm) Imanez yang mampu menggugah semangat perdamaian semangat tidak setrees tapi semangat untuk gila-, dengan bergaya hidup model masyarakat pedesaan, desa adat yang berpacu dengan perkembangan budya wisata baru,
impian tentang kehidupan di pulau,
berpasir putih dengan nyiur sebagai naungannya,
mandi segar di lautm kejar ikan dibalik karang, biru langit berkuas awan,
sampan nelayan berayun-ayun digoyang ombak,
pasang naik dan turun tak hiraukan beda musim berganti,
mengapa dengan kehidupan orang kota?
orang yang bekerja keras dan mempunyai honor bagus?

wooo yooo wo iyoooo......
yang penting aku nggak nipu, nggak bikin susah kalian,
nggak terlibat 378 KUHP
kujalani apa adanya...
aku bahagia bebas lepas tanpa beban
aku merdeka !
imaji seorang kembali mencuatkan lagu-lagu perjuangan, lagu wajib
yang menarik dan sinkron dengan acara 17-an.
inilah ku adanya,
tapi jangan kira aku tak berbuat apa-apa,
tidak kuliah juga nggak kerja, aku mencoba hidup bahagia
jangan menipu itu kata nabi
apalagi menipu Tuhan sama sekali tidak boleh, maka katakan KONTOL jika itu memang penis, dan katakan GAWUK dengan lembut jika itu memang vagina. Begitulah kadang yang mengukur seseorang dari cangkem dan intonasi pengucapannya.
seperti orang jawa yang sealu menunduk sopan dengan sedekap tangan dan mempersilahkan tamu dengan ujung jempol yang teracung penuh etika, sambil bilang:
"Monggoooooo.....kontholeeee!"
sebuah sebutan manis dan lembut tapi diikuti dengan ukoro atau kata yang "tidak senonoh",
padahal orang yang bilang tiadak senonoh belum ngerti jika "nonoh" istrinya rupanya 'ramah lingkungan'.
mudah menjudge, mudah menilai dan menakar, sedang alat takar dan timbangannya belum ada, masih dalam proses pembuatan.
maka katakan MERDEKA.............
jika engkau memang merasa bebas lepas, tapi jangan teriakan itu jika masih ada ganjalan, masih merasa belum merdeka, masih hidup dan berdiri di atas tanah panas, maka senyumlah dan katakan "peace man !" agar orang lebih peduli pada sesama.
merdeka atau makan,
jika makan tapi esensi merdeka harus limited, atau merdeka tapi kadang tidak dapat makan, merdeka dalam kondisi puasa, perut kosong, haus dahaga, beribadah dengan ta'at, semua kehidupan kembali ke sorga, semua bentuk aktivitas kembali ke fitrah, kembali ke agama, sedang merdeka lebih diartikan sebagai makan enak dan senang-senang.
merdeka dan kesenangan, merdeka dan larangan, merdkea dan semua bentuk kalimat yang diawali kata "DILARANG",
'dilarang' sebuah kata yang mematikan kreasi dan menumpulkan kecerdasan kehidupan bangsa,
saat semua serba mudah, saat semua serba gampang kata dilarang menjadi tidak laik tayang lagi, akan lebih berguna dan lebih 'softly' jika diganti "SEYOGYANYA".' SELAYAKNYA, SEWAJARNYA,
sedang itu kata apa lagi? sebaiknya untuk siapa, baik bagi siapa dan dimana, layak dengan ukuran apa, parameter hidup saat kapan, wajar yang bagaimana.
pokoknya yang elain Dilarang itu menjadi baik, sedang dilarang itu tidak baik, karena tidak solusi di situ, sebuah perjanjian standart yang pihak lain tidak bisa menyepakati sebuah kehendak, oleh karena itu tidak sesuai dengan kaidah dalam hukum perikatan, ya hukum perikatan bukan hukum perjanjian, rasa keadilan yang berimbang.....
hukum yang kini baru naik daun
hukum yang kini dijadikan panutan setiap orang,
lurus apa adanya sesuai dengan konstitusi, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Undang Undang, dan Al Qur'an bisa kah berlaku sebagai undang-undang, seperti daya paksanya UU Negara , antara hukum agama dan hukum nasional yang berdampingan, sudahkah seimbang?
:dalam teori hukum dalam membaca sebuah perundangan harus melihat "maksud pembentuk undang-undang"
akhirnya sejarah dan ilmu sosial diperhatikan sebagai ukuran modern dan tidaknya sebuah negara, modern tidak nya pemerintahan dalam menyerap dunia informatika seluruh jagat ini.

Tidak ada komentar: