Minggu, 03 Agustus 2008

berani pakai seragam SAR

Yogyakarta, Komplek Kepatihan, 03 Agustus 2006, pukul 03.30 wib
....masih saja TV itu menyala, berisik suara dari pesawat HT dan kipas angin terus menemaniku hingga pagi ini, entah di depan sana ada apa. Mungkin jalan malioboro juga sepi, dengan dinginnya pagi ini, hawa malam yang menyusup ke tulang, hingga anak negeri tidur berselimut tebal tidak mampu lagi mendengar suara radio yang memanggil.....,
"dan untuk apa begadang?"
"buat apa menunggu kantor ini?"
kenapa dan mengapa sudi dan bersedia berbakti kepada sebuah lembaga berlabel kemanusiaan, sedang di belakang sana kantor yang mapan dengan anggaran yang cukup, gelap dan mati, dalam suasana sepi, tidak satu pun manusia yang terjaga, mungkin nyamuk pun tidur lelap di belakang sana.
sebenarnya di sini tidak ada imbalan gaji atau honor, tetapi nurani dan keberanian untuk bersedia menjadi orang yang dimaki-maki, sebab terlambat datang dan tidak memberi informasi lengkap sebuah kejadian, akan menjadi makian banyak orang.
Mungkinkah masih ada orang yang berani melakukan ini ? atau sekedar gengsi dengan seragam gagah dipertontonkan ke setiap orang di setiap saat, kadang aku hanya tersenyum sendiri melihat orang berpenampilan establis lengkap dengan pin dan logo di dada, mondar mandir di kota dengan gagahnya, sosok heroisme melekat erat dalam benaknya, tapi jangan pernah lari saat tugas dan musibah menanti kehadiranmu, proporsi dan kewenangan ada sepenuhnya padanya. Namun sungguh aku menajadi malu dan ingin menutup muka ini dengan kaos orange-ku, saat menyaksikan mereka t berlari dan menunjukan kepanikan yang luar biasa, saat ketika awan panas mengepul menuju ke lembah.
Mereka diam dan tidak berbuat apa-apa, di saat tetangga bernasib sial dengan rumah mereka yang roboh, tidak ada upaya apapun saat jalan macet dan tidak ada bensin lagi.
Masing-masing berlari menyelamatkan diri, dan masih dengan seragam yang dibanggakannya. Mengapa hal ini masih saja terjadi?
Mengapa mereka berani mengenakan seragam itu, sedang mereka tidak berani maju ke depan dan menjadi tauladan untuk memimpin lingkungan di sekitarnya, melakukan pertolongan dengan apa adanya.
memang tidak mungkin mengadalkan bantuan dari luar, sedang sesungguhnya mereka mampu melakukan dengan tangannya.
masih banyak orang yang dengan seragam SAR masih memberi contoh yang tidak semestinya,
menunjukkan kepanikan kepada orang lain yang sebenarnya bisa dijadikan tenaga bantu pertolongan,
sebenarnya niat apa sehingga mereka berani mentang-mentang dengan seragam orange nya, untungnya mereka bukan kelompok ku, mereka adalah ambtenar honorer yang bekerja mencari uang, mencari penghidupan bagi keluarganya yang serba kurang, asal berani dan kurang hati-hati, akibatnya masih saja ada tim SAR yang mati.

Tidak ada komentar: