Selasa, 05 Agustus 2008

LABUHAN MERAPI 2008

baru saja aku pulang dari desa Kinahrejo Cangkringan Sleman,
memantau posesi labuhan ndalem ke Gunung Merapi, sebuah acara ritual budaya yang selalu diadakan setiap tahun, di akhir bulan Rajab dan awal bulan Ruwah bulan saat orang jawa bikin kue apem lengkap dengan ketan kolak telo pisangnya. Acara ini sebenarnya masih menarik> sayang untuk tahun ini sudah ada umbul-umbul dan tenda gaul sponsorship, sesuatau yang 'aneh' dan mengganggu suasana sakral dan khidmatnya sebuah prosesi labuhan.
seorang Marijan juga sudah kehilangan kewibawaan sebagai sosok wong cilik, sosok sederhana, yang selama ini dijadikan 'icon' oleh sebagian besar warga lereng merapi. Sayang sekali memang, seorang Marijan yang seharusnya bisa memposisikan diri seperti mendiang Mbah Hargo, kali ini kehilangan 'sinar'nya, nampak dari raut muka yang kelihatan tua, dan terlihat dari sorot mata yang bingung, mensikapi derasnya arus informasi di media masa. Kasihan sebenarnya Marijan ini. Tetapi pada saat itu tidak mungkin beliau menolak ajakan menjadi 'artis iklan' pada seorang yang telah berjasa dalam pembangunan desa Kinahrejo. Direktur sebuah pabrik jamu yang 'cerdas' mencari sosok yang mampu dijadikan 'icon product', sedang sosok yang diambil mempunyai 'hutang budi' dengan dibangunnya bak penampungan dan instalasi pipa air pada tahun 1977.
kebijakan dan kesederhanaan yang dijadikan unggulan dalam konsep pengembangan "kearifan lokal", akhirnya harus berhadapan dengan kemajuan ekonomi, dengan mengorbankan seorang sosok yang dijadikan panutan oleh 'wong nggunung'. Marijan sudah jadi artis, susah ditemui dan tidak bersedia diambil gambarnya, baik dengan foto atau kamera. Harus ada orang yang bisa meyakinkan beliau bahwa wawancara dan reportase nya untuk kepentingan "Merapi". Untuk kepentingan seluruh warga lereng merapi, dan kemajuan pembangunan desa sekitar merapi.
sebuah ritual budaya yang mengalami kemerosotan 'nilai', pelaksanaan prosesi ritual sudah tidak mempunyai 'gengsi' lagi. Tidak ada 'sense of virtue'nya, ke'mistis'annya sudah nggak ada. Hal ini terbukti dari hasil rasan-rasan dengan para pengunjung sepuh, para langganan pengunjung labuhan ini sejak beberapa tahun lampau.
Marijan yang dulu bisa menjadi "the spirit of the merapi forest"!
kini nggak jauh beda dengan Kris Jhon dan Thukul, sebagai artis iklan televisi.
"...mbah! nuwun sewu........kulo aturi emut mBah ! eling mbah...."
eling dan selalu waspada dengan perubahan jaman, harus ingat dengan apa yang dulu menjadi filsafat hidupnya, ingat dengan semua ajaran dan persepsi tentang alam gunung merapi, ingat dengan masa lalu, ingat dengan 'tapak jejering manungso'....
hidup memang tidak harus dilakoni dengan sengsara, tapi sebisa mungkin menghindari kesengsaraan harga diri, "pride" kata londho itu !
Jejering Anglakoni mBegawan Rinesik Iku Kautaman = J A B R I K

Tidak ada komentar: