Selasa, 22 Juli 2008

terapi syaraf dengan MENULIS


jam di atas pintu SARDA sudah menunjukkan angka 9 .... sedang di luar gelap, sepi dan dingin....

kenapa yah.... setiap aku menulis, ingin bercerita ttg apa yang sedang kurasakan, selalu terpengaruh oleh bunyi-bunyian yang tertangkap indra pendengaranku. seperti lagu yang sedang kudengarkan, begitu berpengaruh dalam pemilihan kata dan kalimat, kadang harus berhenti sebentar sekedar ikut hanyut dalam irama lagu yang lembut dan manis. tarian jari di atas tuts keyboard terus berayun, entah apa yang sudah bisa tertuang dalam sebuah frase.... sekedar deretan kata-kata dan kalimat yang bertumpuk, entah bermakna apa......... biarlah dan biarkan mengalir sendiri apa adanya............... PANTHAREI kata anak filsafat, mengalir bagai air........... hilang sudah keinginan untuk mencurahkan segala yang ada di benak ke dalam media tulis yang bisa dibaca, bisa dinikmati sebagai sebuah cerita, terapi jiwa dengan menulis dan menulis, seperti goresan tinta peukis yang kadang sekedar asal mencoret kanvas dan kasih tebal tipis sana sini, jadilah sebuah karya, ya karya, yang nyata dan bisa dilihat, ada secara nyata, bukan sebagai mimpi yang masih jauh di sana, di alam imaji manusia,

mengapa aku selalu sarankan pada orang yang baru punya masalah untuk mencurahkannya dalam bentuk tulisan, agar perasaan dan masalah yang sedang dihadapi, bisa diwujudkan dalam bentuk tulisan, bentuk cerita lugas yang mampu dimengerti oleh individu lain. menulis.........me+tulis .......... awalan "me+" yang kata bu guru bahasa indonesia artinya aktip, lain dengan awalan "di-" yang berkonotasi pasip, sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang aktip. sebuah awalan dan imbuhan yang mampu memberikan arti yang berbeda, bahkan kadang bertolak belakang sama sekali. seperti dalam kata ........... "dikhianati dan mengkhianati" sense nya berbeda: dikhianati akan bersambung dengan frase logis "dendam" sedang mengkhianati menunjukan perbuatan yang jahat dan tidak terpuji. diputus dan memutus......... lebih enak memutus dari pada diputus, secara mental lebih siap, lebih mampu menguasai keadaan, dibanding dengan suasana hati dan emosi mereka yang sedang 'diputus'. yups...........sekedar me+... atau di+'..... bermakna lain ! jejering manungso iku (as human being) akan lebih terhormat jika kita mensikapi semua masalah dengan awalan di+ bukan me+ jadi lebih bersikap sebagai obyek, tetapi jangan diartikan sebagai watak inlanderian.

Walaupun diceritakan bahwa inlander ost indie akan selalu merasa minder berhadapan dengan bule...
londho yang berkulit pucat dengan rambut pirang, ada yang bermata hijau, bermata biru, berbadan tinggi besar dengan pakaian ala kadarnya, karena udara tropis yang panas, lalu lalang tourist asing di sepanjang jalan malioboro, hilir mudik dari Prawirotaman ke Sosrowijayan, entah apa yang mereka cari di kota usang ini, sekedar menikmati suasana kota atau memang sedang memburu berbagai macam souvenir yang terjajar rapi di Mirota Batik dan sepanjang trotoar nya malioboro. bekas tapak-tapak sepatu yang kupakai, selalu ikuti kemana ku berjalan, debu dan keringat yang ada di kulit tubuh ini, saksi bisu bahwasan nya.......... tak mudah dan tak segampang yang kukira ttg asmara lagi-lagi sebuah lagu dengan muatan pesan yang dalam sekedar ingin mengungkap arti "asmara" dan kumatikan saja dendang lagu ini, untuk merubah mind set........ merubah setting emosi penulis, dari melankolis mendayu-ndayu pengaruh dari irama lagu, menjadi tegas bernapas seiring dengan ketukan tuts spasi, jiwa dari kalimat yang tertulis di kertas putih bersih, sebagai tumpahan rasa yang berkecamuk di kepala. ah......makna apa dari tulisan ku di atas? yo mbuh yooooo.................embuh ra weruh..........


memutar balikkan fakta dan pemahaman



Tidak ada komentar: