Selasa, 22 Juli 2008

dunia Pulau Besi

diringi sebuah lagu dari "LOBOW"
………Kau cantik hari ini, dan aku suka, kau manis sekali, dan aku suka !
dengan satu botol 'javanese wine' temani malam ku ini, tiga bungkus Gudang Garam Filter dan satu bungkus dji sam soe menambah parah konsumsi rokok ku, ngeri juga aku menghitung puntung rokok yang ratusan jumlahnya, sudah berkali-kali aku membuang tumpukan asbak penuh abu, sekedar membakar paru-paru yang makin parah, yang dulu pernah diperas dengan tekanan lebih dari 3 ATA (tiga atmosfir air) hampir setiap hari, twice diving per day………
selama satu setengah tahun, dan ada istirahat di hari minggu sebagai ‘no diving day’.
Hari paling membahagiakan bagi para penyelam, yang setiap hari bekerja sebagai pemungut harta karun.

Aku kembali teringat dengan masa saat masih kerja di kapal, justru kerja berat dengan mengangkat secara estafet tabung oksigen yang jumlahnya tidak kurang dari 25 biji di setiap hari minggu. Juga belanjaan logistik untuk seluruh awak kapal dan penyelam yang jumlah semuanya berksisar 30 orang. Yang paling ditunggu adalah logistik dan barang pesanan para penyelam yang tinggal di kapal, mereka hidup selama 6 minggu berturut-turut.
ya..........6 weeks........enam minggu di lautan, dengan dunia yang selalu bergoyang, berayun mengikuti gelombang pasang surut air laut, sesuai dengan hukum gravitasi dan hukum archimedes………
itu lah DUNIA BERGOYANG SELAMA 6 MINGGU, tanpa pernah melihat hijaunya daun dan keringnya tanah, tiada pernah mata melihat sawah hijau menghampar, air tawar yang langka dan mahal, dunia laut dunia langit dan garam.

( 6 minggu laut, dan 2 minggu darat )

aku pernah punya cerita itu selama 15 bulan, sejak awal musim hujan 2004 hingga akhir kemarau 2005,

hidup dalam dunia berbeda, dunia asing bagi orang yang hidup dengan kultur agraris, hidup di tengah Laut Jawa

” In Java Sea….!”

kata Daniel Visnicar dan Jean Paul, dua diver perancis yang “gila” dengan pekerjaannya, aku salut dengan semangat dan profesionalitas kerja, seusia Yong Pol masih tangguh menyelam dengan telaten dan cermat mencoba memetakan bawah laut, setiap hari membuat sketsa gambar kapal yang sudah tidak berbentuk lagi, juga membuat setting ruang chamber, menggambar situasi situs dasar laut di kedalaman lebih dari 50 meter, sistem pelaporan dan pengarsipan yang rapi, aku salute dengan sistem kerja mereka, manusia bagai mesin saja, mungkin begitulah pola kerja manusia di dunia barat.
…………
namun saat konsep kerja seperti itu dilakukan di tengah lautan Laut Jawa, yang juga wilayah indonesia, kadang tidak sesuai dengan tensi darah orang yang hidup di dunia dua musim,
……………
pandangan hidup, konsep kerja, sistem gaji dan pola hidup yang berbeda dari ekosistem yang berbeda pula, menyesuaikan dengan habitat masing-masing. Kalaulah kita melihat dari sisi ekologis.

Oleh karena itu, adalah coral, reef, karang, terumbu, ikan dengan segala macamdan bentuknya, menjadi sistem kehidupan sendiri di bawah laut. Mereka adalah PEMILIK, "that's all" adalah TUAN RUMAH, punya sistem ekologi sendiri, punya hukum kemasyarakatan sendiri, dan tentunya bisa mengatur dirinya, sesuai dengan irama hukum alam yang terus berproses sampai entah………..nantinya!


By: sugeng triyono on July 21, 2008
at 7:30 pm

Tidak ada komentar: